Cihanjuang 1b

The other good walk is to follow the line of the Lembang Fault ridge as far as you can.  One of the easiest ways to reach this line of hills, is to continue along this road for about 7 km until you see the Advent College on your right.

Immediately opposite the main entrance is a turning left leading straight to the ridge. Park your vehicle where the road cuts the ridge (there is a small kampung at the top) and begin walking. The track to the right (heading west) does not go far, but ends in one of the most spectacular views in the Bandung area.

Walk along the track for a few hundred meters, across across the small bridge before climbing up a track to the highest point, passing through flowers, citrus, etc., and you will be on top of a deep gorge cut through the hills by a tiny silver streak of river 300 meters below.

You cannot continue further (unless you have wings) so you must return to the rocky road.

(Catatan Richard & Sheila Bennett dalam Bandung and Beyond, 1980)

A wonderful panorama point is above the village of Cihanjuang, some 10 km northwest of the city.

When you reach Advent College, turn left at the T-junction and travel about 1 km downhill. Some 200 meters past a small ridge, turn right and enter the road to the panorama point.

Here you can have a picnic in a small shelter and enjoy a lovely view over the Bandung Basin and the mountains beyond. On the northern side of your knees may tremble when you look into the deep gorge of the Cimahi River.

This is also a suitable spot to look around and contemplate the geological history of this area. You are standing on top of the ridge which marks the Lembang Fault, a straight line where the earth’s crust has broken up into two plates.

(dari kumpulan beberapa penulis Eropa yang kemudian disunting oleh Gottfried Roelcke dan dipublikasikan dalam All Around Bandung, Bandung Society for Heritage Conservation, 1994)

Hanya dua buku ini saja yang saya ketahui menulis tentang panorama point, suatu lokasi tempat memandang pemandangan alam yang indah. Dalam bahasa Sunda ada kata yang cocok, panenjoan, bahasa Batak ada juga istilah yang sering dipakai untuk tempat seperti itu, penatapan.

Mengikuti dua petunjuk yang saya salin di atas, tahun 2007 saya coba susuri lokasinya. Ternyata ketemu dalam kesempatan pertama. Pengalaman pertama menikmati pemandangan spektakuler itu berlangsung di bawah gerimis hujan poyan. Kemudian hari saya masih akan kembali lagi ke tempat yang sama dengan membawa teman yang berbeda atau dalam keperluan mengantarkan wisatawan.

Foto di atas saya ambil di tahun 2008. Seingat saya, dalam kunjungan terakhir ke sana di tahun 2010-2011, pemandangannya masih spektakuler seperti kata pasangan Bennett. Tetapi hari Sabtu lalu, 19 Oktober 2013, sepulang dari suatu kunjungan ke Kampung Adat Cireundeu, saya ingin memperlihatkan pemandangan spektakuler ini kepada beberapa teman.

Namun, sayang sungguh sayang, saat memarkir motor, saya lihat sudah ada perubahan besar di lokasi awal pendakian. Sebuah bangunan permanen yang buruk rupa (garasi?) sudah berdiri di atas jalan setapak yang biasa saya lalui. Pada sisi gawirnya penuh oleh sampah serupa TPS, kotor dan bau.

Saya paksakan juga mengajak kawan2 berjalan melintasi tebaran sampah itu, melipir gawir, menuju puncak bukit kecil itu. Tapi rupanya kekecewaan belum berakhir. Bayangan akan menyaksikan lagi pemandangan spektakuler seketika lenyap. Alang2 yang biasa cantik dengan bunga putih di gawir ini sudah tidak ada lagi.

Pemandangan di dasar lembah sudah pucat, tanah gersang, saluran2 air sudah hilang, begitu juga kali kecil yang mengalir di sepanjang lembah, sudah tidak ada airnya. Pada satu bagian terdapat beberapa saung yang tidak terawat dan mungkin juga kandang. Sebuah saung lain terdapat di bagian lainnya. Tepat di bawah kami, di sebelah kanan, sudah ada bangunan besar seperti pembibitan bunga. Saya tidak ingat apakah bangunan ini sudah ada di situ saat kunjungan terakhir ke sini.

Semua yang terhampar di depan mata ini terasa menyesakkan, sama sekali tidak ada sisa apa2 dari ingatan beberapa waktu lalu. Semua tampak pucat dan kering.

Sudah musnah.

Cihanjuang-3

Cihanjuang-2

Cihanjuang-1